Google

Rabu, 07 Desember 2011

e-Education


00.42 |

e-Education berasal dari kata e yaitu elektronik dan education yaitu pendidikan. e-Education merupakan sistem pendidikan berbasis media elektronik, seperti radio dan televisi. Namun sistem e-Education lebih dikenal oleh masyarakat luas ketika internet digunakan sebagai media utamanya, maka masyarakat luas banyak yang beranggapan bahwa e-Education adalah pendidikan yang menggunakan internet sebagai media utamanya. Sementara itu, juga lahir berbagai istilah serba “e”, seperti e-learning, e-consulting, e-book, e-news, e-library, dan berbagai istilah lain. Istilah-istilah itu menunjukkan bahwa kegiatan tersebut juga memanfaatkan internet.
Internet telah menjadi tempat eksplorasi bagi para ahli dalam dunia maya. Berbagai peluang telah tercipta khususnya dibidang pendidikan. Sejak internet difungsikan sebagai sarana pendidikan, maka denyut nadi pendidikan seakan-akan tak pernah berhenti. Sekolah-sekolah virtual dibuka selama 24 jam penuh untuk melayani para siswa-siswi.
Pemanfaatan e-Education pertama kali diterapkan oleh sekolah militer di Amerika Serikat (1983). Sejak itu tren teknologi internet untuk pendidikan berkembang pesat dan lebih dari 100 perguruan tinggi di Amerika Serikat telah memanfaatkannya. Begitu pula teknologi ini berkembang pesat di negara-negara lain. Hasil survai yang dilakukan James W. Michaels dan Dirk Smilie (dalam Andito M. Kodijat, 2002) saat ini provider di dunia ada sekitar 25% pendidikan tinggi yang menawarkan programnya melalui internet. Visi dari sekolah ini adalah untuk mencapai dan memberikan layanan pada pasar tanpa dibatasi atau perlu memperluas fasilitas fisiknya.
Di Indonesia pemanfaatan teknologi internet dimulai sekitar tahun 1995 ketika IndoInternet membuka jasa layanan internet. Kemudian tahun 1997-an mulai berkembang pesat. Tahun 2001 didirikan universitas maya Indonesia Bangkit University Teledukasi (IBUTeledukasi) bekerjasama dengan Universitas Tun Abdul Razak Malaysia. Beberapa Perguruan Tinggi juga menawarkan program on-line misalnya Institut Teknologi Bandung (www.itb.ac.id), Universitas Teknologi Yogyakarta (www.uty.ac.id), Politeknik Negeri Semarang (www.polines.ac.id), dan universitas lainnya.
Sistem pendidikan berbasis internet merupakan sebuah model dari idealisme pendidikan, di mana setiap orang dapat memperoleh pendidikan dengan mudah dan murah. Melalui internet, seakan-akan sekolah membuka kelas diberbagai lokasi. Siswa-siswi dari berbagai belahan dunia dapat langsung mengakses situs web-nya dan mengikuti pendidikan hanya dari komputer yang berada di depannya. Di samping itu, pendidik dan siswa-siswi dapat berkomunikasi secara langsung tanpa melalui sistem yang rumit. Meskipun sistem pendidikan berbasis internet itu menjanjikan banyak hal positif, namun demikian masih menghadapi sejumlah kendala yang menghambat realisasi pemanfaatannya secara optimal.

Fungsi e-Education
Sebelum adanya internet, masalah utama yang dihadapi oleh pendidikan di seluruh dunia adalah akses terhadap sumber informasi. Perpustakaan merupakan sumber informasi akan tetapi mahal harganya. Buku-buku dan journal harus dibeli dengan harga mahal. Pengelolaan yang baik juga tidak mudah, tempat serta fasilitas-fasilitas pun tidak memenuhi sehingga banyak perpustakaan yang tidak memiliki berbagai sumber informasi yang lengkap. Adanya internet memungkinkan akses terhadap sumber informasi menjadi lebih luas. Banyak manfaat yang diperoleh dari penggunaan internet sebagagai media pendidikan, seperti:
Dalam lembaga pendidikan e-Education memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Memperpendek jarak,
Lembaga pendidikan dapat lebih mendekatkan diri dengan siswa-siswi dimana jarak secara fisik dapat diatasi hanya dengan mengklik situsnya. Siswa juga bisa memperoleh informasi dari berbagai perpustakaan di seluruh dunia. Mekanisme ini dapat dilakukan dengan menggunakan program khusus (biasanya menggunakan standar Z39.50, seperti WAIS), aplikasi telnet (seperti pada apilkasi hytelnet) atau melalui web browser (Netscape dan Internet Explorer). Jika dahulu seorang siswa harus berjalan jauh untuk mendiskusikan suatu masalah dengan siswa lain, sekarang hal ini dapat teratasi. Makalah, tugas-tugas, dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data (sharing file) atau via email. Siswa dapat langsung mengirimkan pesan dan melakukan konsultasi langsung. Kerjasama antar siswa pun juga dapat dilakukan dengan lebih mudah.
2. Perluasan pasar,
Dengan menggunakan sistem ini jangkauan pasar peserta didik dapat menjadi luas dibandingkan dengan sistem pendidikan tradisional yang dibatasi oleh lokasi. Sekolah dan perguruan tinggi bisa mempromosikan secara bebas sehingga untuk menarik minat masyarakat menjadi lebih mudah. Hal ini dapat meningkatkan citra lembaga dan proses pelayanannya menjadi lebih mudah dan sederhana.
3. Perluasan jaringan mitra kerja,
Selain perluasan pasar, lembaga pendidikan juga perlu melakukan perluasan jaringan mitra kerja. Secara tradisional sangat sulit bagi lembaga pendidikan untuk membangun komunikasi dengan lembaga atau perusahaan di luar kota bahkan di luar negeri. Namun melalui pembuatan situs lembaga maka kontak itu dapat dilakukan secara mudah, cepat, dan murah.
4. Biaya terkendali,
Lembaga pendidikan tidak perlu hadir secara fisik di berbagai kota dan penjuru dunia. Hal ini bisa mengurangi biaya transportasi dan meningkatkan fleksibilitas sekolah. Dengan sistem tersebut sekolah dapat melakukan proses pendidikan di berbagai lokasi tanpa mengeluarkan banyak biaya. Materi pendidikan dan jawaban tes dapat dilakukan secra elektronik sehingga menghemat dari segi waktu maupun biaya pengirimannya. Disamping itu, perkuliahan tidak memerlukan bangunan yang luas seperti halnya pada sistem pendidikan tradisional. Biaya pembangunan fisik dan pengaturan jadwal kelas yang sangat membebani petugas sekolah dan universitas bisa dikendalikan. Melalui sistem ini biaya komunikasi juga dapat ditekan serendah mungkin.

Bagi siswa e-Education memiliki banyak keuntungan, antara lain:
1. Hemat,
Dimana siswa dapat mengikuti proses pendidikan setiap saat dengan akurat, cepat, interkatif, dan murah.
2. Biaya terkendali,
Biaya transport menuju lokasi sekolah, kemungkinan terjadingan kecelakaan atau perkelahian dapat ditekan serendah mungkin, karena semua proses dapat dilakukan dari tempat tinggal sendiri dan hanya mengklik mouse.
3. Fleksibel,
Siswa dapat mengikuti proses pendidikan dari berbagai tempat dengan berbagai situasi dan kondisi, seperti dari rumah, tempat tidur, warnet, atau tempat-tempat lainnya. Siswa juga tidak perlu mengkondisikan dirinya untuk berpakaian dan berpenampilan rapi sebagaimana pada pendidikan tradisional. Dalam hal ini siswa diberi kebebasan dalam berbagai hal yang dalam sistem tradisional bisa mengekang kelangsungan belajar dan mengurangi kejenuhan pada setiap siswanya.

Bagi masyarakat umum:
1. Lahirnya era e-Education membuka peluang kerja baru dengan pola kerja dan permodalan yang baru. e-Education juga tidak akan menggantikan sepenuhnya sistem sekolah tradisional, maka era ini memberi harapan bagi ketersediaan lapangan kerja baru.
2. e-Education akan menjadi wahana kompetisi antarlembaga pendidikan yang mengglobal sehingga masyarakat dapat menikmati materi pendidikan berkualitas standar dengan harga kompetitif.

Bagi dunia akademis:
1. e-Education memberi tantangan baru bagi dunia akademis untuk mempersiapkan SDM yang memahami dan menguasai bidang tersebut.
2. Para peneliti ditantang untuk melakukan analisis terhadap pergeseran pola belajar, proses pendidikan dan pembayaran sistem kredit semester dalam usaha menemukan kesepahaman baru dan pengembangan teori dan konsep baru.
3. Sistem e-Education juga membuka kerangka baru dalam penjualan jasa pendidikan, disamping teknologi internet yang memungkinkan dilakukannya akses materi pendidikan dari jarak jauh. Dari perkembangan itu, dunia akademis ditantang untuk menemukan pola pendidikan jarak jauh yang bermutu.

Kendala e-Education
Teknologi informasi dan komunikasi dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan jarak jauh atau disebut juga dengan e-Education. Penerapan internet di lingkungan pendidikan khususnya sekolah ternyata tidak mudah. Banyak hambatan yang harus dihadapi antara lain:
1. Sulitnya pendanaan untuk mengadakan fasilitas internet (perangkat keras, perangkat lunak, dan konektivitas ke internet). Masalah ini telah dipecahkan dengan mendekati vendor, bank dan institusi finansial untuk memberikan bantuan khusus kepada sekolah yang ingin terhubung dengan internet. Pihak penyedia jasa telekomunikasi (PT Telkom dan ISP) juga didekati untuk memberikan layanan khusus kepada sekolah. Pihak swasta juga diharap menyediakan jasa akses secara berbayar akan tetapi murah, seperti melalui warung internet (warnet).
2. Biaya pendidikan dapat ditekan, tetapi biaya untuk menyediakan akses informasinya bertambah.
3. Belim tersedianya guru-guru yang memahami dan menguasai dengan baik dan benar konsep dan implementasi TI dalam dunia pendidikan. Masalah ini coba diatasi dengan memberikan pelatihan kepada guru.
4. Akses internet belum merata dan masih relatif mahal di beberapa tempat. Meskipun banyak informasi yang mengatakan akses internet mulai menyebar dengan harga yang lebih murah, namun pada kenyataannya masih banyak tempat di Indonesia yang belum memiliki saluran telepon. Bahkan beberapa tempat di Indonesia belum memiliki listrik.
5. Meskipun banyak orang Indonesia yang mulai tertarik pada Internet, akan tetapi ketersediaan informasi untuk para pelajar sangatlah sedikit. Informasi untuk anak-anak SMU, SMP, dan SD belumlah banyak. Situs web untuk remaja mayoritas bersifat hura-hura atau entertainment. Belum banyak situs yang membahas tentang pelajaran dan referensi.
6. Masih kurangnya dukungan dari pemerintah dalam bidang pendidikan. Kurikulum teknologi informasi sebaiknya sudah diperkenalkan disekolah-sekolah. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan sosialisasi dan membantu dalam menjelaskan materi atau kurikulum di sekolah tersebut.
7. Dukungan pemerintah dalam hal penyediaan infrastuktur seperti listrik dan telekomunikasi masih kurang. Sekolah-sekolah yang tertarik untuk menggunakan internet namun secara fisik belum memungkinkan. Apalagi banyak juga daerah-daerah yang masih belum dialiri fasilitas listrik.
8. Kurangnya ketersediaan materi pengajaran dalam bahasa indonesia Sebagian besar materi-materi yang disediakan menggunakan bahasa inggris sehingga kemampuan dalam berbahasa inggris perlu ditingkatkan guna melancarkan proses belajar. Namun hal ini dapat teratasi karena di internet tersedia program penterjemah.

Lebih lengkapnya bisa di download di Makalah e-Education


You Might Also Like :


0 komentar:

Posting Komentar